NAMA :
ALFI RIZKI BAGUS
NPM :
15109411
KELAS :
4KA24
1. Autoritas
Untuk
menilai suatu autoritas, penulis dapat memilih beberapa cara pokok sebagai
berikut.
a. Tidak Mengandung Prasangka
Tidak mengandung prasangka artinya pendapat disusun
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli atau didasarkan pada
hasil eksperimen yang dilakukannya. Pengertian tidak mengandung prasangka yaitu
autoritas tidak boleh memperoleh keuntungan pribadi dari data eksperimennya.
Untuk mengetahui apakah autoritas tidak memperoleh
keuntungan pribadi dari pendapat atau kesimpulannya, penulis harus
memperhatikan apakah autoritas mempunyai interes yang khusus; apakah dia
berafiliasi dengan sebuah ideologi yang menyebabkan selalu condong kepada
ideologi. Bila faktor itu mempengaruhi autoritas maka pendapatnya dianggap
suatu pendapat yang objektif.
b. Pengalaman
dan Pendidikan Autoritas
Dasar kedua menyangkut pengalaman dan pendidikan autoritas.
Pendidikan yang diperoleh menjadi jaminan awal. Pendidikan yang diperoleh harus
dikembangkan lebih lanjut dalam kegiatan sebagai seorang ahli. Pengalaman yang
diperoleh autoritas, penelitian yang dilakukan, presentasi hasil penelitian dan
pendapatnya akan memperkuat kedudukannya.
c. Kemashuran dan Prestise
Faktor ketiga yang harus diperhatikan adalah meneliti apakah
pernyataan atau pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas hanya sekedar
bersembunyi dibalik kemashuran dan prestise pribadi di bidang lain. Apakah ahli
menyertakan pendapatnya dengan fakta yang menyakinkan.
d. Koherensi
dengan Kemajuan
Hal keempat adalah apakah pendapat yang diberikan autoritas
sejalan dengan perkembangan dan kemajuan zaman atau koheren dengan pendapat
sikap terakhir dalam bidang itu. Untuk memperlihatkkan bahwa penulis
benar-benar siap dengan persoalan yang tengah diargumentasikan, jangan
berdasarkan pada satu autoritas saja, maka hal itu memperlihatkan bahwa penulis
kurang menyiapkan diri.
2..Silogisme
kategorial
Menurut
dari pola penalaran. Pola penalaran secara sederhana dibedakan menjadi dua
yaitu :
1) deduktif dan,
2) induktif. Pola
penalaran deduktif menggunakan bentuk bernalar deduksi. Deduksi secara
etimologis berasal dari kata de dan ducere, yang berarti proses penyimpulan
pengetahuan khusus dari pengetahuan yang lebih umum / universal atau (secara
menyeluruh). Perihal khusus tersebut secara implisit terkandung dalam yang
lebih umum. Maka, deduksi merupakan proses berpikir dari pengetahuan yang
menyeluruh tersebut.
Silogisme merupakan suatu proses penarikan kesimpulan yang
didasarkan atas pernyataan-pernyataan ( proposisi yang kemudian disebut premis
) sebagai antesedens ( pengetahuan yang sudah dipahami ) hingga akhirnya
membentuk suatu kesimpulan ( keputusan baru ) sebagai konklusi atau konsekuensi
logis. Keputusan baru tersebut selalu berkaitan dengan proposisi yang digunakan
sebagai dasar atau dikemukakan sebelumnya. Oleh karena hal tersebut, perlu
dipahami hal-hal teknis berkaitan dengan silogisme sehingga penalaran kita
benar dan dapat diterima nalar.
3..Silogisme hipotisme
Bentuk silogisme hipotisme ini adalah jenis silogisme yang
terdiri atas premis mayor yang bersifat hipotesis dan premis minornya bersifat
kategorial .
Misal
contoh : Jika hari ini cerah ,saya akan pergi kerumah nenek(premis mayor)
Hari ini cerah (premis
minor)
Maka saya akan kerumah
nenek ( kesimpulan).
4..Silogisme alternative
Silogisme alternatif adalah
silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi
alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya.
Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain. Contoh:
Nenek Ervy berada di
Bekasi.
∴ Jadi, Nenek Ervy tidak berada di Bogor.
Entimen
Silogisme ini jarang ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan
kesimpulan. Contoh entimen:
- Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
- Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar